Kediri (5/11) - Sejumlah langkah telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam terutama menjelang musim hujan tahun ini. Salah satu persiapan yang dilakukan sebagai upaya antisipasi menghadapi bencana alam adalah dengan melaksanakan Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Dampak Bencana Banjir Tahun 2024/2025. Apel Kesiapsiagaan ini diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur di Bendung Gerak Waru Turi, Desa Gampeng, Kec. Gampengrejo, Kab. Kediri, yang dihadiri oleh berbagai Perangkat Daerah dan stakeholder di Jawa Timur.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, selaku pimpinan apel menegaskan bahwa pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk melakukan penanggulangan serta kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko bencana, terutama bahaya banjir. Secara demografi, Jawa Timur merupakan wilayah rawan bencana. Risiko bencana yang mengancam Jawa Timur mulai dari banjir hingga angin puting beliung, khususnya saat memasuki musim penghujan, sehingga ancaman bahaya banjir sangat besar kemungkinannya. Penanggulangan bencana harus dilakukan melalui sistem yang terintegrasi serta berkaitan dengan instansi lain. Kolaborasi dan sinergi dapat dilakukan, baik dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Forkompimda, unit-unit perusahaan, dan dunia usaha, serta masyarakat sebagai relawan. Dalam setiap kejadian bencana, personel yang diturunkan tidak hanya dari BPBD, tetapi juga seluruh personel terkait. Hal itu dilakukan untuk perbaikan sarana-prasarana, membuka akses jalan, jembatan, serta membersihkan puing-puing reruntuhan.
Selain itu, Pj. Gubernur menekankan agar terus melakukan pengecekan alat serta sarana-prasarana penunjang sehingga saat terjadi bencana, semuanya dalam kondisi siap siaga. Peran penting kesiapsiagaan tersebut terlihat dalam lima tahun terakhir dimana Indeks Risiko Bencana (IRB) Jawa Timur menurun secara signifikan, dari 137,88 turun menjadi 101,58.
Selama beberapa waktu terakhir, ancaman bencana hidrometeorologi di Jawa Timur sudah terlihat seiring dengan datangnya musim hujan. Potensi bencana hidrometeorologi di Jawa Timur diperkirakan akan menjadi lebih besar di akhir bulan November dan Desember hingga Januari sampai Februari 2025. Hal tersebut dapat dilihat dari historis yang ada setiap tahun.
Semua berharap tidak terjadi musibah dan bencana di Jawa Timur. Dengan kesiapsiagaan yang telah dilaksanakan semuanya dapat meminimalisir dampak tersebut baik dari segi sarana-prasarana dan personel serta hal lainnya.